Ini ancaman baru bagi kapal induk China: Rudal anti-kapal hipersonik buatan Jepang
TOKYO. Jepang saat ini tengah mengembangkan rudal anti-kapal hipersonik. Ini merupakan sebuah senjata yang dapat melaju dengan kecepatan tinggi dan dapat menimbulkan ancaman bagi kapal induk China di Laut China Timur.
Melansir South China Morning Post, Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan rudal proyektil ini mampu meluncur dengan kecepatan tinggi (HVGP). Jepang berencana untuk meluncurkan versi awal rudal pada 2026, diikuti oleh versi yang disempurnakan setelah 2028.
Rudal yang tengah dikembangkan ini diprediksi mampu melakukan perjalanan lima kali kecepatan suara, yang berarti senjata itu adalah senjata hipersonik. Dengan memiliki peralatan rudal seperti, Jepang akan menjadi negara keempat dunia yang dipersenjatai dengan teknologi meluncur hipersonik, setelah China, Rusia dan Amerika Serikat.
Teknologi ini memungkinkan rudal meluncur dengan kecepatan tinggi di atmosfer atas - titik lemah untuk sistem pertahanan udara - dan melewati lintasan yang rumit, sehingga membuatnya sulit untuk dicegat dengan perisai anti-rudal yang ada.
Menurut Kementerian Pertahanan Jepang, rudal pertama mereka akan fokus pada target darat, sementara versi yang ditingkatkan akan menampilkan muatan berbentuk cakar, serta peningkatan kecepatan dan jarak tembak untuk menyerang kapal permukaan besar.
Badan Akuisisi, Teknologi, dan Logistik Kementerian Pertahanan Jepang saat ini sedang mengembangkan mesin scramjet untuk memberi daya pada rudal hipersonik dengan Mitsubishi Heavy Industries yang berbasis di Tokyo.
Tetapi jangkauannya akan dibatasi sekitar 500 km (310 mil) atau kurang untuk tetap berada dalam "kebijakan berorientasi pertahanan eksklusif" Jepang.
Kementerian juga mengatakan HVGP akan membawa hulu ledak yang dapat menembus dek kapal induk.
Rudal ini dikembangkan dengan tujuan untuk pertahanan pulau-pulau terpencil di barat daya, yang mengacu pada Kepulauan Okinawa dan pulau-pulau sekitarnya, termasuk kepulauan Senkaku yang disengketakan. Kepulauan Senkaku juga dikenal sebagai Kepulauan Diaoyu di China.
Rantai pulau tak berpenghuni di Laut China Timur - sekitar 420 km (260 mil) dari pulau utama Okinawa - diklaim oleh Jepang, China, dan Taiwan.
Melansir South China Morning Post, Jepang mengalokasikan dana dengan nilai total 18,5 miliar yen (US$ 172 juta) untuk penelitian rudal hipersonik dari seluruh anggaran 2018 dan 2019, dan berencana menambah 25 miliar yen (US$ 233 juta) tahun ini.
Analis militer yang berbasis di Beijing, Zhou Chenming mengatakan, jika Jepang berhasil mengembangkan senjata tersebut, hal itu bisa menjadi ancaman bagi aktivitas angkatan laut China dan mungkin berdampak pada keseimbangan strategis di wilayah yang disengketakan.
Namun dia mencatat ada penundaan dalam program senjata Jepang sebelumnya.
"Ada banyak ketidakpastian ... dari politik internal Jepang hingga perubahan kebijakan diplomatiknya, serta teknologi militer," katanya kepada South China Morning Post. "Jadi kita perlu mengawasi bagaimana program ini berlangsung selama beberapa tahun ke depan."
Melansir South China Morning Post, Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan rudal proyektil ini mampu meluncur dengan kecepatan tinggi (HVGP). Jepang berencana untuk meluncurkan versi awal rudal pada 2026, diikuti oleh versi yang disempurnakan setelah 2028.
Rudal yang tengah dikembangkan ini diprediksi mampu melakukan perjalanan lima kali kecepatan suara, yang berarti senjata itu adalah senjata hipersonik. Dengan memiliki peralatan rudal seperti, Jepang akan menjadi negara keempat dunia yang dipersenjatai dengan teknologi meluncur hipersonik, setelah China, Rusia dan Amerika Serikat.
Teknologi ini memungkinkan rudal meluncur dengan kecepatan tinggi di atmosfer atas - titik lemah untuk sistem pertahanan udara - dan melewati lintasan yang rumit, sehingga membuatnya sulit untuk dicegat dengan perisai anti-rudal yang ada.
Menurut Kementerian Pertahanan Jepang, rudal pertama mereka akan fokus pada target darat, sementara versi yang ditingkatkan akan menampilkan muatan berbentuk cakar, serta peningkatan kecepatan dan jarak tembak untuk menyerang kapal permukaan besar.
Badan Akuisisi, Teknologi, dan Logistik Kementerian Pertahanan Jepang saat ini sedang mengembangkan mesin scramjet untuk memberi daya pada rudal hipersonik dengan Mitsubishi Heavy Industries yang berbasis di Tokyo.
Tetapi jangkauannya akan dibatasi sekitar 500 km (310 mil) atau kurang untuk tetap berada dalam "kebijakan berorientasi pertahanan eksklusif" Jepang.
Kementerian juga mengatakan HVGP akan membawa hulu ledak yang dapat menembus dek kapal induk.
Rudal ini dikembangkan dengan tujuan untuk pertahanan pulau-pulau terpencil di barat daya, yang mengacu pada Kepulauan Okinawa dan pulau-pulau sekitarnya, termasuk kepulauan Senkaku yang disengketakan. Kepulauan Senkaku juga dikenal sebagai Kepulauan Diaoyu di China.
Rantai pulau tak berpenghuni di Laut China Timur - sekitar 420 km (260 mil) dari pulau utama Okinawa - diklaim oleh Jepang, China, dan Taiwan.
Melansir South China Morning Post, Jepang mengalokasikan dana dengan nilai total 18,5 miliar yen (US$ 172 juta) untuk penelitian rudal hipersonik dari seluruh anggaran 2018 dan 2019, dan berencana menambah 25 miliar yen (US$ 233 juta) tahun ini.
Analis militer yang berbasis di Beijing, Zhou Chenming mengatakan, jika Jepang berhasil mengembangkan senjata tersebut, hal itu bisa menjadi ancaman bagi aktivitas angkatan laut China dan mungkin berdampak pada keseimbangan strategis di wilayah yang disengketakan.
Namun dia mencatat ada penundaan dalam program senjata Jepang sebelumnya.
"Ada banyak ketidakpastian ... dari politik internal Jepang hingga perubahan kebijakan diplomatiknya, serta teknologi militer," katanya kepada South China Morning Post. "Jadi kita perlu mengawasi bagaimana program ini berlangsung selama beberapa tahun ke depan."