China Realisasikan Ancaman Terhadap Australia Pendorong Penyelidikan Virus Corona
Beijing - China kini merealisasikan ancamannya terhadap Australia. Kemarin, China resmi menangguhkan impor dari empat pemasok daging sapi utama dari Australia.
Penangguhan itu buntut dari sikap pemerintah Australia yang gencar mendorong penyelidikan global terkait asal-usul virus Corona (COVID-19). Australia menilai perlunya dibentuk komisi untuk menyelidiki tentang bagaimana virus Corona bertransformasi dari epidemi lokal di China menjadi pandemi yang menewaskan lebih dari 286.000 orang di seluruh dunia.
"Hal ini membutuhkan dukungan banyak pihak dan negara untuk bersama-sama mendorong transparansi dan memastikan bahwa adanya mekanisme penyelidikan yang bisa dipercaya," kata Menteri Luar Negeri Australia, Marise Payne kala itu.
Upaya Australia itu pun menuai ancaman dari China. China yang geram atas sikap pemerintah Australia itu mengancam memboikot sejumlah komoditas dari Australia, seperti anggur hingga daging.
"Terserah orang untuk memutuskan. Mungkin orang-orang biasa akan mengatakan 'Mengapa kita harus minum anggur Australia? Makan daging sapi Australia?'," kata Duta Besar China untuk Australia, Cheng Jingye pada 28 April lalu.
"Jika suasana berubah dari buruk menjadi lebih buruk, orang akan berpikir 'mengapa kita harus pergi ke negara yang tidak begitu bersahabat dengan China?' Para wisatawan mungkin memiliki pemikiran ulang," imbuhnya.
Cheng juga mengancam soal aliran mahasiswa China ke universitas-universitas Australia, yang merupakan sumber pendapatan utama yang sudah terancam karena pembatasan perjalanan karena pandemi Corona.
Kini ancaman itu pun direalisasikan. Pada 12 Mei 2020 kemarin, China menangguhkan impor daging sapi dari Australia.
Untuk diketahui, keempat pemasok di Australia - tiga dari Queensland dan satu dari New South Wales - menjual sekitar AUS $ 1,7 miliar (US $ 1,1 miliar) daging sapi ke China setiap tahunnya. Mereka menghasilkan sekitar 35 persen dari total ekspor daging sapi.
Dilansir dari AFP, Selasa (12/5/2020) Menteri Perdagangan Australia Simon Birmingham mengatakan, pengiriman daging dari empat penjagalan telah ditangguhkan karena pelanggaran "teknis kecil" terkait dengan kesehatan China dan persyaratan pelabelan sertifikat.
"Kami khawatir bahwa penangguhan tersebut tampaknya didasarkan pada masalah yang sangat teknis, yang dalam beberapa kasus mundur lebih dari setahun," kata Simon Birmingham.
"Kami akan bekerja dengan industri dan otoritas di Australia dan China untuk mencari solusi yang memungkinkan bisnis ini untuk melanjutkan operasi normal mereka sesegera mungkin," sambungnya.
Para analis mengatakan langkah itu bisa meningkatkan kekhawatiran soal kemungkinan pertikaian antara Australia dan China sebagai mitra dagang terpentingnya. Termasuk kemungkinan persoalan ini dapat meluas ke sektor-sektor penting lainnya ketika Australia tengah berjuang untuk menavigasi krisis ekonomi yang disebabkan oleh pandemi Corona.
Penangguhan itu buntut dari sikap pemerintah Australia yang gencar mendorong penyelidikan global terkait asal-usul virus Corona (COVID-19). Australia menilai perlunya dibentuk komisi untuk menyelidiki tentang bagaimana virus Corona bertransformasi dari epidemi lokal di China menjadi pandemi yang menewaskan lebih dari 286.000 orang di seluruh dunia.
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script> <ins class="adsbygoogle" style="display:block; text-align:center;" data-ad-layout="in-article" data-ad-format="fluid" data-ad-client="ca-pub-8943670099506064" data-ad-slot="3901545088"></ins> <script> (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({}); </script>
Perdana Menteri (PM) Australia Scott Morrison bahkan mencari dukungan untuk penyelidikan internasional itu dengan menelepon para pemimpin dunia seperti Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Kanselir Jerman Angela Merkel hingga Presiden Prancis Emmanuel Macron.
"Hal ini membutuhkan dukungan banyak pihak dan negara untuk bersama-sama mendorong transparansi dan memastikan bahwa adanya mekanisme penyelidikan yang bisa dipercaya," kata Menteri Luar Negeri Australia, Marise Payne kala itu.
Upaya Australia itu pun menuai ancaman dari China. China yang geram atas sikap pemerintah Australia itu mengancam memboikot sejumlah komoditas dari Australia, seperti anggur hingga daging.
"Terserah orang untuk memutuskan. Mungkin orang-orang biasa akan mengatakan 'Mengapa kita harus minum anggur Australia? Makan daging sapi Australia?'," kata Duta Besar China untuk Australia, Cheng Jingye pada 28 April lalu.
"Jika suasana berubah dari buruk menjadi lebih buruk, orang akan berpikir 'mengapa kita harus pergi ke negara yang tidak begitu bersahabat dengan China?' Para wisatawan mungkin memiliki pemikiran ulang," imbuhnya.
Cheng juga mengancam soal aliran mahasiswa China ke universitas-universitas Australia, yang merupakan sumber pendapatan utama yang sudah terancam karena pembatasan perjalanan karena pandemi Corona.
Kini ancaman itu pun direalisasikan. Pada 12 Mei 2020 kemarin, China menangguhkan impor daging sapi dari Australia.
Untuk diketahui, keempat pemasok di Australia - tiga dari Queensland dan satu dari New South Wales - menjual sekitar AUS $ 1,7 miliar (US $ 1,1 miliar) daging sapi ke China setiap tahunnya. Mereka menghasilkan sekitar 35 persen dari total ekspor daging sapi.
Dilansir dari AFP, Selasa (12/5/2020) Menteri Perdagangan Australia Simon Birmingham mengatakan, pengiriman daging dari empat penjagalan telah ditangguhkan karena pelanggaran "teknis kecil" terkait dengan kesehatan China dan persyaratan pelabelan sertifikat.
"Kami khawatir bahwa penangguhan tersebut tampaknya didasarkan pada masalah yang sangat teknis, yang dalam beberapa kasus mundur lebih dari setahun," kata Simon Birmingham.
"Kami akan bekerja dengan industri dan otoritas di Australia dan China untuk mencari solusi yang memungkinkan bisnis ini untuk melanjutkan operasi normal mereka sesegera mungkin," sambungnya.
Para analis mengatakan langkah itu bisa meningkatkan kekhawatiran soal kemungkinan pertikaian antara Australia dan China sebagai mitra dagang terpentingnya. Termasuk kemungkinan persoalan ini dapat meluas ke sektor-sektor penting lainnya ketika Australia tengah berjuang untuk menavigasi krisis ekonomi yang disebabkan oleh pandemi Corona.