Peluang Bisnis Beras Hitam
Selain rasanya yang pulen dan wangi, beras hitam ternyata juga berkhasiat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit. Tapi, belum banyak petani di Indonesia yang menanam padi hitam. Padahal, petani bisa meraup pendapatan yang cukup besar dari bercocok tanam padi hitam.
Anda mungkin sudah tidak asing lagi dengan beras merah. Apalagi beras putih. Nah, bagaimana dengan beras hitam, apakah Anda familiar juga dengan jenis beras dengan kelir hitam sesuai namanya itu?
Beras hitam memang masih kalah pamor dibandingkan dengan beras putih dan beras merah. Padahal, beras hitam punya banyak keistimewaan. Selain rasanya yang pulen dan wangi, beras hitam juga bermanfaat bagi tubuh.
Beras hitam memiliki zat anti-aging yang cukup tinggi, yang berguna mencegah penuaan dini. Kadar oksidan dalam beras hitam juga lebih tinggi. Sedangkan kadar glukosanya di bawah beras merah. Sehingga, beras hitam sangat cocok menjadi santapan para pengidap penyakit diabetes.
Namun, belum banyak yang membudidayakan beras yang dulu hanya ada di piring bangsawan kerajan atau sebagai pelengkap ritual adat ini.
Padahal, "Keuntungan yang dihasilkan dari menanam padi hitam lebih tinggi dibandingkan dengan menanam padi jenis biasa," ujar Purwanto, petani beras hitam asal Bantul, Yogyakarta. Purwanto sendiri baru setahun menanam padi hitam.
Dengan memanfaatkan lahan seluas 2,5 hektare, Purwanto dan lima petani lainnya di Argimulyo bisa menghasilkan sekitar 4 ton gabah beras hitam per hektare setiap kali panen. Ia menjual beras hitam seharga Rp 17.000 per kilogram (kg). Tetapi, "Di pasaran harganya bisa mencapai Rp 34.000 per kg," ujarnya.
Proses penanaman padi hitam tidak jauh beda dengan padi biasa. Hanya, sistem tanamnya menggunakan system of rice intensification (SRI) . Yakni, penyemaiannya menggunakan besek dan penanamannya dengan biji tunggal atau tidak merumpun.
Namun, umur tanam padi hitam lebih lama dibandingkan padi jenis lainnya. Padi hitam membutuhkan waktu 120 sampai 140 hari. Adapun masa tanam padi putih hanya 90 hari. Selain itu, bulir-bulir pada padi hitam lebih sedikit jumlahnya ketimbang padi putih.
Karena proses penanamannya masih secara organik, penanganan terhadap hama juga dilakukan secara alami. Contoh, untuk memberantas walang sangit, Purwanto hanya menggunakan bunga dan daun keningkir. Untuk pupuk, ia memanfaatkan sisa buah dan kotoran hewan ternak.
Dwias Anandita, petani beras hitam dari Sleman, Yogyakarta menambahkan, dalam satu tahun, petani bisa menanam padi hitam antara dua hingga tiga kali. Selain Dwias, di Ngaglik, saat ini, ada tiga petani lain yang membudidayakan beras hitam. Mereka pun membentuk perkumpulan bernama Citra Tani Nusantara. Dwias melego beras hitam produksinya Rp 20.000 per kilo dengan kemasan 1 kg dan 25 kg. Omzetnya Rp 11 juta per bulan. (Kontan).