| Halaman rumah sering dimanfaatkan untuk pemeliharaan tanaman dan kolam hias. Sebenarnya halaman atau pekarangan rumah bisa juga dimanfaatkan untuk budidaya lele. Lahan yang dibutuhkan disesuaikan kondisi luas lahan pekarangan masing-masing. Ukuran yang ideal sekitar 50 m2, dan dari luasan itu mampu memproduksi 1 ton lele konsumsi. Lahan dapat dipilihkan di tempat-tempat yang tidak terpakai yang ada di sekitar rumah, pojokan halaman, bekas gudang kosong, atau tempat lain di bagian rumah yang tidak terpakai. Untuk pembuatan kolam dapat dibuat dari bahan yang tidak permanen, seperti hamparan terpal penampung air seperti kolam. Budidaya ikan lele ini cocok pada lahan pada kondisi yang sangat terbatas seperti umumnya pekarangan rumah di daerah pemukiman di perkotaan.
Untuk meningkatkan hasil ketika memelihara lele, dapat digunakan alat bantu aerator yaitu sebagai mesin pembuat gelembung guna meningkatkan kadar oksigen air. Pengalaman dari penggunaan aerator ini ternyata meningkatkan gairah makan pada lele yang berumur kurang dari satu bulan, sehingga benih lele cepat menjadi besar dan waktu panenan pun bisa lebih cepat. Penggunaan aerator ini belum pernah diterapkan dalam budidaya lele pada umumnya, dan biasanya alat ini dipakai untuk aquarium ikan hias. Penggunaan aerator pada tempat pembenihan bisa mendapatkan bibit lele umur satu bulan yang sudah siap disortir atau dipindah ke kolam pembesaran. Di kolam pembesaran bibit lele yang umurnya antara 1 sampai 1,5 bulan tidak memerlukan lagi aerator, karena bibit sudah cukup kuat bertahan hidup. Kebersihan air di tempat pembesaran perlu tetap dijaga agar selera makannya tetap tinggi.
Budidaya lele di halaman rumah dengan menggunakan kolam terpal, selain harganya murah juga mudah dibuat. Ukuran kolam yang digunakan untuk perkawinan dan pembesaran lele relatif sama, disesuaikan dengan bentuk lahan yang tersedia. Ukurannya bisa 2 x 3 meter, 2,5 x 4 meter, 1 x 2 meter, atau 2 x 2 meter. Bila ada beberapa alternatif ukuran, untuk indukan sebaiknya berukuran minimal 2 x 3 meter. Jika yang didapat hanya kolam berukuran 1 x 2 meter, maka ketinggian air diperdalam antara 30 sampai 50 cm. Ketinggian air kolam untuk pembenihan disarankan 10 – 15 cm. Untuk menghemat air, bila komponen produksi ini merupakan bahan yang harus dibeli, maka penggunaan air dapat dilakukan seminimal mungkin terutama saat pengurasan dan pembersihan kolam.
Dalam usaha pembesaran lele, benih bisa diperoleh dari hasil pemijahan sendiri atau dari peternak lain yang memang khusus menjual benih. Usahakan ukuran benih sama besar, sehingga saat panen bisa menghasilkan ikan lele berukuran lebih seragam dengan bobot antara 100 sampai 200 gram/ekor atau 8 sampai 10 ekor/kg. Umumnya usaha pembesaran lele cenderung lebih menguntungkan sekalipun resiko gagal panen tetap ada. Kegagalan dapat diakibatkan karena kesalahan penanganan, atau tidak paham dan tidak berpengalaman, gangguan sumber air, mendapat bibit yang tidak berkualitas, cara pemberian pakan, yang kesemuanya harus terus dieksplorasi sehingga penguasaan cara budidaya dapat difahami dengan baik dan benar.
Pemeliharaan lele konsumsi bisa dipanen dalam waktu 2 bulan sejak tebar, bila dimulai dari bibit yang berukuran 8-10 cm. Keberhasilan budidaya sangat tergantung kepada pemeliharaan dan perawatannya. Kalau saja hal pemeliharaan benar-benar diperhatikan, maka panenan akan diraih sesuai dengan yang diinginkan. Bila demikian maka pencapaian tujuan dalam meningkatkan potensi lahan pekarangan agar mempunyai nilai tambah secara ekonomi dapat tercapai. Hal lain yang menguntungkan dari kegiatan ini adalah dapat mengisi kegiatan masa pensiunan yang bisa menghasilkan (Darwanta). |